Jumat, 06 Juli 2012

cinta dan dusta





CINTA DAN DUSTA

Disuatu senja yang damai, matahari sudah mulai condong jauh ke barat, cahayanya mulai redup dan bersembunyi di balik awan hitam, seakan-akan ikut merasakan kesedihan yang tengah di alami oleh seorang wanita yang tengah duduk sendiri sambil meneteskan air matanya yang membasahi pipi.

Dia menangis sambil memandang bunga-bunga yang ada di depannya dan seolah-olah tidak percaya terhadap apa yang dialami saat ini, tak pernah terbayang jauh dilubuk hatinya selama ini, bahwa seorang yang sangat ia kagumi dan sayangi ternyata seorang pendusta, pembohong, penghianat, hatinya sakit bagi teriris pisau tajam.

Dia ingin berteriak sekeras-kerasnya agar semua penderitaannya terasa ringan di dadanya, tetapi dia tidak mampu berkata-kata. Dia hanya bisa meratapi kesedihan dengan air dimata. Penderitaan ini amat berat baginya, pengorbanan yang ia berikan selama ini sia-sia, dan tak berarti lagi, yang tinggal hanya kekecewaan.

Banyangan masa yang lalu, begitu indah bersamanya akankah di kubur dalam-dalam. Rasanya kenangan itu sangat pahit dan sulit untuk dilupakan begitu saja. Impian untuk hidup bersama, membangun mahligai cinta pupus di tengah jalan bersama kedustaan.

Dalam kegelisahan hatinya, dia terus menangis dan berkata, kepada siapa aku harus mengadu penderitaan ini. Ya Allah tabahkanlah hatiku dan berilah hambamu ini kekuatan dan kesabaran dalam hidup ini.

Hari mulai gelap, ketika dia beranjak dari tempat duduknya jauh dilubuk hatinya, masih tersimpan harapan yang begitu kuat untuk mulai membangun mimpi masa depan yang gemilang. Penderitaan dan kekecewaan yang selama ini dialaminya akan mmenjadi pelajaran yang lebih baik.

Tidak ada komentar: